Senin, 28 Agustus 2017

Beri Kesempatan Untukmu Membahagiakan Diri Sendiri

Teruntuk hatimu yang dirusak olehnya

Mungkin dia memang pernah menjadi yang paling hebat. Bisa membuatmu merasa paling disayangi. Tapi toh itu hanya sebuah kenangan. Adanya di masa lalu. Hari ini dia bukan siapa-siapa lagi. Hari ini semuanya sudah berbeda dan tidak sama lagi.
Mungkin dia memang pernah menjadi yang terbaik. Melakukan apa pun yang bisa membuatmu merasa istimewa. Berbagai macam cara dia lakukan agar kamu merasa paling beruntung. Tapi toh kini semuanya tinggal sisa-sisa cerita. Tak ada hal istimewa darinya untukmu. Bahkan untuk bertemu dia saja malas. 
Mungkin dia pernah menjanjikan segalanya --juga waktu itu berusaha sekuat tenaga. Tapi toh hari ini dia sudah berubah menjadi asing. Dia tidak lagi melakukan itu semua untukmu. Bahkan yang tak pernah kau bayangkan, dia melakukan semua yang pernah dia lakukan untukmu, untuk orang lain.
Apa lagi yang membuatmu merasa menjadi paling disayangi? Apa lagi yang menguasai hatimu seolah kau masih paling istimewa baginya? Bagaimana lagi menjabarkan kalau dia masih menjadikanmu segalanya? Sementara, melirik saja kini dia enggan. Dia tidak lagi dia yang dulu. 
Kau mungkin rindu dan berharap semua itu terulang. Tapi apakah kau lupa? Bahwa harapan seringkali membunuh kebahagiaan seseorang? Saat yang diharapkan adalah bayang-bayang. Saat yang dia harapakan adalah seseorang yang tak lagi ingin pulang.
Sudahlah, sudahi saja. Beri kesempatan dirimu bahagia kembali. Jangan memaksa untuk tetap seperti dulu. Saat ini kau harus melangkah dengan mimpi baru. Setiap orang bisa saja gagal dan itu wajar saja. Jangan terlalu membutakan diri. Seolah semua yang berlalu masih kau miliki. Jangan terbenam dengan kejayaan masa lalu. Kau hidup di hari ini dan akan menghadapi masa depan. Pulihlah hatimu, jangan biarkan dia tenggelam sendiri dalam masalalu yang pahit itu.
--boycandra

Idiwww njz

Tulisan Boy Candra yang saya benci untuk pertama kalinya wkwkwk. Apa-apaan coba,yaallah yarobbi yasalaaam lol. Emang bukan my favorit author sih tp lumayan senenglah baca postingan boy candra di path dan ini yg pertama yg buat saya jijik liatnya ckckckck

Berfaedah

pernah baca tulisan kalo gak salah isinya gini. 

---------- A story from father for his daughter. ---------------

“You know, i was engaged to another woman before i married your mother” 

“So,what does that mean?” 


“that no matter who you’re with now or who you want to be with,you will end up with who Allah wants for you. Even if your families have met. Even if you got engaged. Even if you were set to be married. If it wasn’t in Allah’s decree,it will not happen. And ironically,at the end of it all, you’ll find yourself thanking him for it."

Minggu, 20 Agustus 2017

Foto Tentang Islam.

Ohh baru tau, ternyataaaa hmmm. Tuhh kan ada bagusnya mager mageran di rumah wkwk. Mantap sis nemu kajian begini,membuat saya makin termotivasi untuk selalu duduk manis dirumah lol.

#quotesoftheday

In Japan,broken objects are often repaired with GOLD. The flaw is seen as  A UNIQUE PIECE of the object's HISTORY, which adds to its beauty.

 CONSIDER THIS WHEN YOU FEEL BROKEN

Rabu, 16 Agustus 2017

Self Healing

Kiriman dari sahabat:
Self-healing...
*Duowoo.... semoga bermanfaat untuk kesehatan*
Kami sedang antri periksa kesehatan. Dokter yang kami kunjungi ini termasuk dokter sepuh –berusia sekitar tujuh puluhan- spesialis penyakit “Silakan duduk,” sambut dr.Paulus.
Aku duduk di depan meja kerjanya, mengamati pria sepuh berkacamata ini yang sedang sibuk menulis identitasku di kartu pasien.
“Apa yang dirasakan, Mas?”
Aku pun bercerita tentang apa yang kualami sejak 2013 hingga saat ini. Mulai dari awal merasakan sakit maag, peristiwa-peristiwa kram perut, ambruk berkali-kali, gejala dan vonis tipes, pengalaman opnam dan endoskopi, derita GERD, hingga tentang radang duodenum dan praktek tata pola makan Food Combining yang kulakoni.
“Kalau kram perutnya sudah enggak pernah lagi, Pak,” ungkapku, “Tapi sensasi panas di dada ini masih kerasa, panik juga cemas, mules, mual. Kalau telat makan, maag saya kambuh. Apalagi setelah beberapa bulan tata pola makan saya amburadul lagi.”
“Tapi buat puasa kuat ya?”
“Kuat, Pak.”
“Orang kalau kuat puasa, harusnya nggak bisa kena maag!”
Aku terbengong, menunggu penjelasan.
“Asam lambung itu,” terang Pak Paulus, “Diaktifkan oleh instruksi otak kita. Kalau otak kita bisa mengendalikan persepsi, maka asam lambung itu akan nurut sendiri. Dan itu sudah bisa dilakukan oleh orang-orang puasa.”
“Maksudnya, Pak?”
“Orang puasa ‘kan malamnya wajib niat to?”
“Njih, Pak.”
“Nah, niat itulah yang kemudian menjadi kontrol otak atas asam lambung. Ketika situ sudah bertekad kuat besok mau puasa, besok nggak makan sejak subuh sampai maghrib, itu membuat otak menginstruksikan kepada fisik biar kuat, asam lambung pun terkendali. Ya kalau sensasi lapar memang ada, namanya juga puasa. Tapi asam lambung tidak akan naik, apalagi sampai parah. Itu syaratnya kalau situ memang malamnya sudah niat mantap. Kalau cuma di mulut bilang mau puasa tapi hatinya nggak mantap, ya tetap nggak kuat. Makanya niat itu jadi kewajiban, ‘kan?”
“Iya, ya, Pak,” aku manggut-manggut nyengir.
“Manusia itu, Mas, secara ilmiah memang punya tenaga cadangan hingga enam puluh hari. Maksudnya, kalau orang sehat itu bisa tetap bertahan hidup tanpa makan dalam keadaan sadar selama dua bulan. Misalnya puasa dan buka-sahurnya cuma minum sedikit. Itu kuat. Asalkan tekadnya juga kuat.”
Aku melongo lagi.
“Makanya, dahulu raja-raja Jawa itu sebelum jadi raja, mereka tirakat dulu. Misalnya puasa empat puluh hari. Bukanya cuma minum air kali. Itu jaman dulu ya, waktu kalinya masih bersih. Hahaha,” ia tertawa ringan, menambah rona wajahnya yang memang kelihatan masih segar meski keriput penanda usia.
Kemudian ia mengambil sejilid buku di rak sebelah kanan meja kerjanya. Ya, ruang praktek dokter dengan rak buku. Keren sekali. Aku lupa judul dan penulisnya. Ia langsung membuka satu halaman dan menunjukiku beberapa baris kalimat yang sudah distabilo hijau.
“Coba baca, Mas: ‘mengatakan adalah mengundang, memikirkan adalah mengundang, meyakini adalah mengundang’. Jadi kalau situ memikirkan; ‘ah, kalau telat makan nanti asam lambung saya naik’, apalagi berulang-ulang mengatakan dan meyakininya, ya situ berarti mengundang penyakit itu. Maka benar kata orang-orang itu bahwa perkataan bisa jadi doa. Nabi Musa itu, kalau kerasa sakit, langsung mensugesti diri; ah sembuh. Ya sembuh. Orang-orang debus itu nggak merasa sakit saat diiris-iris kan karena sudah bisa mengendalikan pikirannya. Einstein yang nemuin bom atom itu konon cuma lima persen pendayagunaan otaknya. Jadi potensi otak itu luar biasa,” papar Pak Paulus.
“Jadi kalau jadwal makan sembarangan berarti sebenarnya nggak apa-apa ya, Pak?”
“Nah, itu lain lagi. Makan harus tetap teratur, ajeg, konsisten. Itu agar menjaga aktivitas asam lambung juga. Misalnya situ makan tiga kali sehari, maka jarak antara sarapan dan makan siang buatla sama dengan jarak antara makan siang dan makan malam. Misalnya, sarapan jam enam pagi, makan siang jam dua belas siang, makan malam jam enam petang. Kalau siang, misalnya jam sebelas situ rasanya nggak sempat makan siang jam dua belas, ya niatkan saja puasa sampai sore. Jangan mengundur makan siang ke jam dua misalnya, ganti aja dengan minum air putih yang banyak. Dengan pola yang teratur, maka organ di dalam tubuh pun kerjanya teratur. Nah, pola teratur itu sudah bisa dilakukan oleh orang-orang yang puasa dengan waktu buka dan sahurnya.”
“Ooo, gitu ya Pak,” sahutku baru menyadari.
“Tapi ya itu tadi. Yang lebih penting adalah pikiran situ, yakin nggak apa-apa, yakin sembuh. Allah sudah menciptakan tubu kita untuk menyembuhkan diri sendiri, ada mekanismenya, ada enzim yang bekerja di dalam tubuh untuk penyembuhan diri. Dan itu bisa diaktifkan secara optimal kalau pikiran kita optimis. Kalau situ cemas, takut, kuatir, justru imunitas situ turun dan rentan sakit juga.”
Pak Paulus mengambil beberapa jilid buku lagi, tentang ‘enzim kebahagiaan’ endorphin, tentang enzim peremajaan, dan beberapa tema psiko-medis lain tulisan dokter-dokter Jepang dan Mesir.
“Situ juga berkali-kali divonis tipes ya?”
“Iya, Pak.”
“Itu salah kaprah.”
“Maksudnya?”
“Sekali orang kena bakteri thypoid penyebab tipes, maka antibodi terhadap bakteri itu bisa bertahan dua tahun. Sehingga selama dua tahun itu mestinya orang tersebut nggak kena tipes lagi. Bagi orang yang fisiknya kuat, bisa sampai lima tahun. Walaupun memang dalam tes widal hasilnya positif, tapi itu bukan tipes. Jadi selama ini banyak yang salah kaprah, setahun sampai tipes dua kali, apalagi sampai opnam. Itu biar rumah sakitnya penuh saja. Kemungkinan hanya demam biasa.”
“Haah?”
“Iya Mas. Kalaupun tipes, nggak perlu dirawat di rumah sakit sebenarnya. Asalkan dia masih bisa minum, cukup istirahat di rumah dan minum obat tipes. Sembuh sudah. Dulu, pernah di RS Sardjito, saya anjurkan agar belasan pasien tipes yang nggak mampu, nggak punya asuransi, rawat jalan saja. Yang penting tetep konsumsi obat dari saya, minum yang banyak, dan tiap hari harus cek ke rumah sakit, biayanya gratis. Mereka nurut. Itu dalam waktu maksimal empat hari sudah pada sembuh. Sedangkan pasien yang dirawat inap, minimal baru bisa pulang setelah satu minggu, itupun masih lemas.”
“Tapi ‘kan pasien harus bedrest, Pak?”
“Ya ‘kan bisa di rumah.”
“Tapi kalau nggak pakai infus ‘kan lemes terus Pak?”
“Nah situ nggak yakin sih. Saya yakinkan pasien bahwa mereka bisa sembuh. Asalkan mau nurut dan berusaha seperti yang saya sarankan itu. Lagi-lagi saya bilang, kekuatan keyakinan itu luar biasa lho, Mas.”
Dahiku berkernyit. Menunggu lanjutan cerita.
“Dulu,” lanjut Pak Paulus, “Ada seorang wanita kena kanker payudara. Sebelah kanannya diangkat, dioperasi di Sardjito.
Nggak lama, ternyata payudara kirinya kena juga. Karena nggak segera lapor dan dapat penanganan, kankernya merembet ke paru-paru dan jantung. Medis di Sardjito angkat tangan.
Dia divonis punya harapan hidup maksimal hanya empat bulan.”
“Lalu, Pak?” tanyaku antusias.
“Lalu dia kesini ketemu saya. Bukan minta obat atau apa.
Dia cuma nanya; ‘Pak Paulus, saya sudah divonis maksimal empat bulan.
Kira-kira bisa nggak kalau diundur jadi enam bulan?’
Saya heran saat itu, saya tanya kenapa.
Dia bilang bahwa enam bulan lagi anak bungsunya mau nikah, jadi pengen ‘menangi’ momen itu.”
“Waah.. Lalu, Pak?”
“Ya saya jelaskan apa adanya. Bahwa vonis medis itu nggak seratus persen, walaupun prosentasenya sampai sembilan puluh sembilan persen,
tetap masih ada satu persen berupa kepasrahan kepada Tuhan yang bisa mengalahkan vonis medis sekalipun.
Maka saya bilang; sudah Bu, situ nggak usah mikir bakal mati empat bulan lagi.
Justru situ harus siap mental, bahwa hari ini atau besok situ siap mati.
Kapanpun mati, siap!
Begitu, situ pasrah kepada Tuhan, siap menghadap Tuhan kapanpun. Tapi harus tetap berusaha bertahan hidup.”
Aku tambah melongo. Tak menyangka ada nasehat macam itu.
Kukira ia akan memotivasi si ibu agar semangat untuk sembuh, malah disuruh siap mati kapanpun.
O iya, mules mual dan berbagai sensasi ketidaknyamanansudah tak kurasakan lagi.
“Dia mau nurut. Untuk menyiapkan mental siap mati kapanpun itu dia butuh waktu satu bulan.
Dia bilang sudah mantap, pasrah kepada Tuhan bahwa dia siap.
Dia nggak lagi mengkhawatirkan penyakit itu, sudah sangat enjoy.
Nah, saat itu saya cuma kasih satu macam obat. Itupun hanya obat anti mual biar dia tetap bisa makan dan punya energi untuk melawan kankernya.
Setelah hampir empat bulan, dia check-up lagi ke Sardjito dan di sana dokter yang meriksa geleng-geleng. Kankernya sudah berangsur-angsur hilang!”
“Orangnya masih hidup, Pak?”
“Masih. Dan itu kejadian empat belas tahun lalu.”
“Wah, wah, wah..”
“Kejadian itu juga yang menjadikan saya yakin ketika operasi jantung dulu.”
“Lhoh, njenengan pernah Pak?”
“Iya.
Dulu saya operasi bedah jantung di Jakarta. Pembuluhnya sudah rusak. Saya ditawari pasang ring.
Saya nggak mau. Akhirnya diambillah pembuluh dari kaki untuk dipasang di jantung.
Saat itu saya yakin betul sembuh cepat. Maka dalam waktu empat hari pasca operasi, saya sudah balik ke Jogja, bahkan dari bandara ke sini saya nyetir sendiri.
Padahal umumnya minimal dua minggu baru bisa pulang.
Orang yang masuk operasi yang sama bareng saya baru bisa pulang setelah dua bulan.”
Pak Paulus mengisahkan pengalamannya ini dengan mata berbinar. Semangatnya meluap-luap hingga menular ke pasiennya ini. Jujur saja, penjelasan yang ia paparkan meningkatkan harapan sembuhku dengan begitu drastis.
Persis ketika dua tahun lalu pada saat ngobrol dengan Bu Anung tentang pola makan dan kesehatan. Semangat menjadi kembali segar!
“Tapi ya nggak cuma pasrah terus nggak mau usaha.
Saya juga punya kenalan dokter,” lanjutnya,
“Dulu tugas di Bethesda, aslinya Jakarta, lalu pindah mukim di Tennessee, Amerika.
Di sana dia kena kanker stadium empat. Setelah divonis mati dua bulan lagi, dia akhirnya pasrah dan pasang mental siap mati kapanpun.
Hingga suatu hari dia jalan-jalan ke perpustakaan, dia baca-baca buku tentang Afrika.
Lalu muncul rasa penasaran, kira-kira gimana kasus kanker di Afrika.
Dia cari-cari referensi tentang itu, nggak ketemu. Akhirnya dia hubungi kawannya, seorang dokter di Afrika Tengah.
Kawannya itu nggak bisa jawab.
Lalu dihubungkan langsung ke kementerian kesehatan sana. Dari kementerian, dia dapat jawaban mengherankan, bahwa di sana nggak ada kasus kanker.
Nah dia pun kaget, tambah penasaran.”
Pak Paulus jeda sejenak. Aku masih menatapnya penuh penasaran juga, “Lanjut, Pak,” benakku.
“Beberapa hari kemudian dia berangkat ke Afrika Tengah.
Di sana dia meneliti kebiasaan hidup orang-orang pribumi. Apa yang dia temukan?
Orang-orang di sana makannya sangat sehat.
Yaitu sayur-sayuran mentah, dilalap, nggak dimasak kayak kita.
Sepiring porsi makan itu tiga perempatnya sayuran, sisanya yang seperempat untuk menu karbohidrat. Selain itu, sayur yang dimakan ditanam dengan media yang organik. Pupuknya organik pake kotoran hewan dan sisa-sisa tumbuhan.
Jadi ya betul-betul sehat.
Nggak kayak kita, sudah pupuknya pakai yang berbahaya, eh pakai dimasak pula. Serba salah kita.
Bahkan beras merah dan hitam yang sehat-sehat itu, kita nggak mau makan.
Malah kita jadikan pakan burung, ya jadinya burung itu yang sehat, kitanya sakit-sakitan.”
Keterangan ini mengingatkanku pada obrolan dengan Bu Anung tentang sayur mayur, menu makanan serasi, hingga beras sehat. Pas sekali.
“Nah dia yang awalnya hanya ingin tahu, akhirnya ikut-ikutan.
Dia tinggal di sana selama tiga mingguan dan menalani pola makan seperti orang-orang Afrika itu.”
“Hasilnya, Pak?”
“Setelah tiga minggu, dia kembali ke Tennessee.
Dia mulai menanam sayur mayur di lahan sempit dengan cara alami.
Lalu beberapa bulan kemudian dia check-up medis lagi untuk periksa kankernya,”
“Sembuh, Pak?”
“Ya! Pemeriksaan menunjukkan kankernya hilang.
Kondisi fisiknya berangsur-angsur membaik. Ini buki bahwa keyakinan yang kuat, kepasrahan kepada Tuhan, itu energi yang luar biasa.
Apalagi ditambah dengan usaha yang logis dan sesuai dengan fitrah tubuh.
Makanya situ nggak usah cemas, nggak usah takut..”
Takjub, tentu saja.
Pada momen ini Pak Paulus menghujaniku dengan pengalaman-pengalamannya di dunia kedokteran, tentang kisah-kisah para pasien yang punya optimisme dan pasien yang pesimis.
Aku jadi teringat kisah serupa yang menimpa alumni Madrasah Huffadh Al-Munawwir, pesantren tempatku belajar saat ini.
Singkatnya, santri ini mengidap tumor ganas yang bisa berpindah-pindah benjolannya.
Ia divonis dokter hanya mampu bertahan hidup dua bulan. Terkejut atas vonis ini, ia misuh-misuh di depan dokter saat itu.
Namun pada akhirnya ia mampu menerima kenyataan itu.
Ia pun bertekad menyongsong maut dengan percaya diri dan ibadah. Ia sowan ke Romo Kiai, menyampaikan maksudnya itu.
Kemudian oleh Romo Kiai, santri ini diijazahi (diberi rekomendasi amalan)
Riyadhoh Qur’an, yakni amalan membaca Al-Quran tanpa henti selama empat puluh hari penuh, kecuali untuk memenuhi hajat dan kewajiban primer.
Riyadhoh pun dimulai. Ia lalui hari-hari dengan membaca Al-Quran tanpa henti.
Persis di pojokan aula Madrasah Huffadh yang sekarang. Karena merasa begitu dingin, ia jadikan karpet sebagai selimut.
Hari ke tiga puluh, ia sering muntah-muntah, keringatnya pun sudah begitu bau.
Bacin, mirip bangkai tikus,kenang narasumber yang menceritakan kisah ini padaku. Hari ke tiga puluh lima, tubuhnya sudah nampak lebih segar, dan ajaibnya; benjolan tumornya sudah hilang.
Selepas rampung riyadhoh empat puluh hari itu, dia kembali periksa ke rumah sakit di mana ia divonis mati.
Pihak rumah sakit pun heran.
Penyakit pemuda itu sudah hilang, bersih, dan menunjukkan kondisi vital yang sangat sehat!
Aku pribadi sangat percaya bahwa gelombang yang diciptakan oleh ritual ibadah bisa mewujudkan energi positif bagi fisik.
Khususnya energi penyembuhan bagi mereka yang sakit.
Memang tidak mudah untuk sampai ke frekuensi itu, namun harus sering dilatih. Hal ini diiyakan oleh Pak Paulus.
“Untuk melatih pikiran biar bisa tenang itu cukup dengan pernapasan.
Situ tarik napas lewat hidung dalam-dalam selama lima detik, kemudian tahan selama tiga detik. Lalu hembuskan lewat mulut sampai tuntas. Lakukan tujuh kali setiap sebelum Shubuh dan sebelum Maghrib.
Itu sangat efektif. Kalau orang pencak, ditahannya bisa sampai tuuh detik.
Tapi kalau untuk kesehatan ya cukup tiga detik saja.”
Nah, anjuran yang ini sudah kupraktekkan sejak lama. Meskipun dengan tata laksana yang sedikit berbeda.
Terutama untuk mengatasi insomnia. Memang ampuh. Yakni metode empat-tujuh-delapan.
Ketika merasa susah tidur alias insomnia, itu pengaruh pikiran yang masih terganggu berbagai hal.
Maka pikiran perlu ditenangkan, yakni dengan pernapasan.
Tak perlu obat, bius, atau sejenisnya, murah meriah.
Pertama, tarik napas lewat hidung sampai detik ke empat, lalu tahan sampai detik ke tujuh, lalu hembuskan lewat mulut pada detik ke delapan. Ulangi sebanyak empat sampai lima kali.
Memang iya mata kita tidak langsung terpejam ngantuk, tapi pikiran menadi rileks dan beberapa menit kemudian tanpa terasa kita sudah terlelap.
Awalnya aku juga agak ragu, tapi begitu kucoba, ternyata memang ampuh. Bahkan bagi yang mengalami insomnia sebab rindu akut sekalipun.
“Gelombang yang dikeluarkan oleh otak itu punya energi sendiri, dan itu bergantung dari seberapa yakin tekad kita dan seberapa kuat konsentrasi kita,” terangnya,
“Jadi kalau situ sholat dua menit saja dengan khusyuk, itu sinyalnya lebih bagus ketimbang situ sholat sejam tapi pikiran situ kemana-mana, hehehe.”
Duh, terang saja aku tersindir di kalimat ini.
“Termasuk dalam hal ini adalah keampuhan sholat malam.
Sholat tahajud. Itu ketika kamu baru bangun di akhir malam, gelombang otak itu pada frekuensi Alpha. Jauh lebih kuat daripada gelombang Beta yang teradi pada waktu Isya atau Shubuh.
Jadi ya logis saja kalau doa di saat tahajud itu begitu cepat ‘naik’ dan terkabul. Apa yang diminta, itulah yang diundang.
Ketika tekad situ begitu kuat, ditambah lagi gelombang otak yang lagi kuat-kuatnya, maka sangat besar potensi terwujud doa-doa situ.”
Tak kusangka Pak Paulus bakal menyinggung perihal sholat segala. Aku pun ternganga. Ia menunjukkan sampul buku tentang ‘enzim panjang umur’.
“Tubuh kita ini, Mas, diberi kemampuan oleh Allah untuk meregenerasi sel-sel yang rusak dengan bantuan enzim tertentu, populer disebut dengan enzim panjang umur. Secara berkala sel-sel baru terbentuk, dan yang lama dibuang.
Ketika pikiran kita positif untuk sembuh, maka yang dibuang pun sel-sel yang terkena penyakit.
Menurut penelitian, enzim ini bisa bekerja dengan baik bagi mereka yang sering merasakan lapar dalam tiga sampai empat hari sekali.”
Pak Paulus menatapku, seakan mengharapkan agar aku menyimpulkan sendiri.
“Puasa?”
“Ya!”
“Senin-Kamis?”
“Tepat sekali! Ketika puasa itu regenerasi sel berlangsung dengan optimal.
Makanya orang puasa sebulan itu juga harusnya bisa jadi detoksifikasi yang ampuh terhadap berbagai penyakit.”
Lagi-lagi,aku manggut-manggut.
Tak asing dengan teori ini.
“Pokoknya situ harus merangsang tubuh agar bisa menyembuhkan diri sendiri.
Jangan ketergantungan dengan obat. Suplemen yang nggak perlu-perlu amat,nggak usahlah. Minum yang banyak, sehari dua liter, bisa lebih kalau situ banyak berkeringat, ya tergantung kebutuhan.
Tertawalah yang lepas, bergembira, nonton film lucu tiap hari juga bisa merangsang produksi endorphin, hormon kebahagiaan. Itu akan sangat mempercepat kesembuhan.
Penyakit apapun itu! Situ punya radang usus kalau cemas dan khawatir terus ya susah sembuhnya.
Termasuk asam lambung yang sering kerasa panas di dada itu.”
Terus kusimak baik-baik anjurannya sambil mengelus perut yang tak lagi terasa begah. Aneh.
“Tentu saja seperti yang saya sarankan, situ harus teratur makan, biar asam lambung bisa teratur juga.
Bangun tidur minum air hangat dua gelas sebelum diasupi yang lain.
Ini saya kasih vitamin saja buat situ, sehari minum satu saja. Tapi ingat, yang paling utama adalah kemantapan hati, yakin, bahwa situ nggak apa-apa. Sembuh!”
Begitulah. Perkiraanku yang tadinya bakal disangoni berbagai macam jenis obat pun keliru.
Hanya dua puluh rangkai kaplet vitamin biasa, Obivit, suplemen makanan yang tak ada ?;kaitannya dengan asam lambung apalagi GERD.
Hampir satu jam kami ngobrol di ruang praktek itu, tentu saja ini pengalaman yang tak biasa. Seperti konsultasi dokter pribadi saja rasanya.
Padahal saat keluar, kulihat masih ada dua pasien lagi yang kelihatannya sudah begitu jengah menunggu.
“Yang penting pikiran situ dikendalikan, tenang dan berbahagia saja ya,” ucap Pak Paulus sambil menyalamiku ketika hendak pamit.
Dan jujur saja, aku pulang dalam keadaan bugar, sama sekali tak merasa mual, mules, dan saudara-saudaranya.
Terima kasih Pak Paulus.
Kadipiro Yogyakarta, 2016
Dari wordpress GUBUGREOT
Boleh di share biar lebih bermanfaat buat orang banyak, kalo pelit di simpen sendiri juga gak apa apa 
Rasulullah S.A.W bersabda :"Barang siapa yang menyampaikan 1 (satu) ilmu saja dan ada orang yang mengamalkannya,maka walaupun yang menyampaikan sudah tiada (meninggal dunia), dia akan tetap memperoleh pahala." (HR. Al-Bukhari)

Rabu, 09 Agustus 2017

5 Alasan Kita Sebaiknya Berhenti Nonton Drama Korea

Penikmat drama Korea saat ini semakin meningkat terutama di kalangan perempuan usia 12 sampai 35 tahun. Ceritanya yang romantis serta ketampanan dan kecantikan dari pemerannya menjadi alasan utama bagi sebagian besar pecinta drama Korea (drakor) untuk selalu menonton drakor.
Demam drakor yang terjadi di kalangan anak muda seakan menjadi tren saat ini, tak jarang istilah(bahasa) korea dibawa ke dalam bahasa gaul seperti, “Daebak’, ”Oppa”, dan bahkan hal-hal yang berhubungan dengan Korea sering direspon secara berlebihan.
Ada 5 alasan mengapa kamu sebaiknya berhenti menonton drama Korea. Alasan-alasan yang disampaikan dalam tulisan ini sangat bersifat subjektif. Berikut 5 alasan mengapa kamu sebaiknya berhenti menonton drakor.

1. Bikin kecanduan

Kecanduan dapat dikatakan sebagai suatu aktivitas yang dilakukan secara berulang dan dapat menimbulkan dampak negatif. Secara umum kecanduan dibagi menjadi dua yaitu, kecanduan fisik(obat, alcohol, dll) dan non-fisik(aktivitas). Tidak dapat dipungkiri bahwa menonton drakor dapat mengakibatkan kecanduan, bahkan para drakor lovers mengakui hal itu.
Sepintas kecanduan drakor tidak menimbulkan dampak negatif, namun jika diperhatikan kecanduan drakor dapat menimbulkan dampak negatif. Ketika menontonnya, drakor lovers cenderung menghabiskan waktu berjam-jam bahkan sering begadang demi mengikuti setiap episode yang hamper selalu membuat penasaran. Hal ini dapat menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan.
Kecanduan menonton drakor juga dapat menimbulkan efek yang sama dengan kecanduan yang lain seperti cemas, emosi tidak stabil, perasaan bersalah dan menyesal apabila tidak menonton, serta dapat menimbulkan masalah-masalah dalam lingkungan sosial dan pekerjaan. Sudah mulai merasakan dampak negatifnya? Segera berhenti menonton drama Korea.

2. Buang-buang waktu

Drakor identik dengan serialnya yang mencapai belasan dan bahkan puluhan episode. Setiap episode mempunyai cerita tersendiri yang di akhir episode menimbulkan rasa penasaran bagi penonton untuk menonton episode berikutnya. Tanpa sadar, penonton drakor sudah menghabiskan waktu berjam-jam hanya dengan duduk dan melototin layar. Waktu yang digunakan untuk menonton drakor terbuang sia-sia.
Waktu-waktu yang terbuang itu akan lebih bermanfaat apabila digunakan untuk hal-hal yang dapat mengembangkan diri seperti menulis, membaca, bersosialisasi, atau bahkan melakukan hobi(nb: menonton drakor bukan hobi). Selain menghabiskan waktu dalam menonton, drakor lovers biasanya menghabiskan waktu berjam-jam untuk mengunduh drakor dari internet.

3. Terjebak dalam khayalan (Hidup tak seindah drama korea)

Banyak hal unik yang terdapat dalam drama Korea yang dapat memengaruhi cara berpikir dan sudut pandang dari penontonnya. Cerita yang sangat jarang terjadi dalam kehidupan nyata seakan memiliki kemungkinan yang besar untuk terjadi dalam kehidupan nyata. Misalnya, kisah seorang pria sempurna yang jatuh cinta dengan wanita biasa-biasa saja dan scene romantis yang membuat iri para penonton. Kisah cinta dan scene ini memengaruhi pikiran penontonnya sehingga sering sekali drakor lovers mengharapkan hal itu terjadi dalam kehidupannya, bahkan sering menjadi syarat(alasan) dalam menjalin hubungan dengan lawan jenis.

Misalnya seorang wanita yang sangat terobsesi dengan pria berwajah oriental, dia cenderung akan menginginkan pasangan yang berwajah oriental. Lucunya, wanita seperti ini sering menjadi sangat agresif dalam melakukan pendekatan misalnya minta nomor hp, ngajak foto, dan melakukan hal lain yang (mungkin) berlebihan. Scene romantis yang tidak terjadi dalam hubungannya juga sering menjadi keluhan kepada pasangannya yang dapat mengakibatkan berakhirnya hubungan tersebut. Jangan terjebak dalam dunia khayalan, kisah dalam drakor hanya dapat terjadi dalam film dan khayalan. Berhentilah berkhayal dan berhentilah menonton drakor.

4. Cerita yang mirip

Semakin banyak drakor yang kamu tonton, maka sadarilah bahwa cerita dalam drakor sangat banyak yang mirip, bahkan beberapa adegan yang terjadi dalam satu drama sudah pernah kamu lihat di drama yang lainnya. Misalnya, cerita cinta segitiga, cinta bertepuk sebelah tangan (one-side love),hubungan tidak direstui oleh orangtua, jatuh sakit atau hilang ingatan, dan adegan-adegan yang sangat sering terjadi seperti berpapasan tapi tidak saling lihat, berlari mengejar bus, bahkan adegan ciuman yang biasanya dilakukan secara tiba-tiba yang membuat pemeran wanita terkejut.
Cerita dan adegan yang seperti ini yang terkadang membuat drakor membosankan dan biasanya akhir dari ceritanya sudah dapat ditebak bahkan di beberapa episode awal. Kamu tidak perlu menghabiskan banyak waktu untuk menonton film dengan cerita yang mirip dan akhir yang sudah dapat ditebak.

5. Dapat mengubah mood

Sudah menjadi rahasia umum bahwa drakor penuh emosi. Drakor dengan mudah mengajak penonton untuk tertawa(senang),bersedih dan terharu, bahkan kesal dan marah. Dalam adegan romantis yang menampilkan kemesraan tokoh utama penonton akan merasa senang. Penonton akan merasa sedih dalam adegan yang menampilkan kesedihan dari pemeran utama. Karakter antagonis dalam drakor akan membuat penonton kesal dan geram.
Perubahan-perubahan emosional yang dirasakan oleh penonton dalam waktu yang tidak lama (selama menonton drakor) dapat menjadi kebiasaan(terbiasa). Perubahan emosional itu memengaruhi mood penonton dalam menghadapi situasi dalam kehidupan sehari-hari. Orang yang terbiasa akan perubahan emosional dalam waktu singkat akan cenderung moody, dia akan sangat mudah kesal(marah) namun sangat mudah juga senang.
Perubahan emosional yang seperti ini tidak baik bagi kesehatan psikologis dan sangat mempengaruhi performa dari orang tersebut. Jika kamu termasuk orang yang moody, segera berhenti menonton drakor karena dapat memengaruhi kondisi psikologis kamu.
Nah, supaya kamu nggak seperti ini, sebaiknya mulai sekarang kurangi menonton drama Korea dan lihatlah dunia nyata di luar sana.

Yaallah sumpah lucu wkwkwk

Foto Azzam Mujahid Izzulhaq.

Hanya di era kepemimpinan Joko Widodo, sungai sepanjang 30.000 hektar dibuat sangat bersih hingga airnya membiru. Era kepemimpinan sebelumnya hanya bisa membuat proyek mangkrak saja.
Terimakasih Jokowi
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
***
Jangan bilang-bilang kalau ini di Anatolia Tenggara, Turki. Biarkan saja mereka senang kegirangan. Lalu kemudian berakhir kejang-kejang... ðŸ˜€

Sumber : Facebook

Minggu, 06 Agustus 2017

Hallo.... Ga terasa liburan dah usai, besok kudu masuk kuliah lagi. Udah di penghujung liburan,mata ini gakuku menahan ngantuk di pagi hari. Tapi malemnya waduuu seger beud. Dah di ikhtiarin, ehh malah makin jadi. Uluuh uluuuh. Keknya,hari ini gw kudu berkemas mau pindah room. Gw mau nyisihkan baju buat dititip di rumah nenek gw. Soalnya tar w bakal bolak-balik tinggalnya. Kebetulan sepupu w baru kuliah di palembang, yaudah apalahh daya, saya yang terbatas pengetahuan tentang jalan ini harus menjadi pengarah buat dia eleeh. Moga aja gak mengarah ke jalan yang sesat *ehh*. Dan semoga dengan pindahnya room serta ada roommate baru bikin penyakit tidur w terobati. Good luck.
Iyaak feeling good about turning twenty. Old enough to make the right decisions and young enough to make the wrong ones. Welcome my adult years and also my selfish years. Be selfish with my time,my book,travel and explore. Be 20s something.

Sabtu, 05 Agustus 2017

heeh pengen jadi tokoh fiksi pujaanmu atau matamu......
 haaa hiii huuu heee hooo





Yesterday is gone.
Today was fun.
Tomorrow is another one.
From here to there,
Funny things are everywhere.

Kamis, 03 Agustus 2017

curcol

Tulisan ini dibuat saat usia masih belia,terhitung belasan dan 25 menit menuju usia dewasa yang akan terhitung puluhan hmm. So make me feel stress sih kadang, usia rentan mendengar kata “ehh minta nmr wa nya, tar tante kenalin sama ponakan tante ya” idiww. Bikin saya semakin malas melangkah keluar rumah hanya untuk sekedar kondangan dan ikut ortu majlis or etc. Iyaak 3 Agustus 2017, hari yang panjang dan gersang. Berbagai schedule terlewati dengan saksama dan sistematis eleeeh. Capek bet dah pokoknya. Belum lagi di rumah dah dikasih kue aja ma mamake *kan ngeselin*, si dija jg parah ngeselinny, yang di pihak saya cuma dek amad wkwk. And then,kondisi dah balik spt semula saatnya w jahilin adek baru gue namanya Rifki wkwk. Tuh anak gemesin bet dah,suka bet curhat ma w walau sering gw bocorin sm mamanya. Barusan tadi kita main Ludo wkwk *as always* dan saya beneran kena bully parah wkwk. But who cares yaa :p purik dikitlah dijahatin ma komplotan terparah (bikmen,baba,umi). Sampe jam 11 lewat mereka ngucapin hbd idiww bet dah. Kita dah ngantuk,gapapa ya ucapin duluan kan udah masuk waktu jg wkwk *yakali*. Kurang lengkap apa coba 3 Agustus dah dikasih kue,di bully, dipojokkan. Sebenernya dah dr 1 Agustus kuping dah panas liat tingkah mereka wkwk.. Apa boleh buat gw dah hapal sm isengnya mereka. Unch seneng bet dah. Doain usia 20 gw ini menjadikan q sosok yang dewasa yg sering kuimpikan eleeh.