Selasa, 25 Oktober 2016

Mantan Bermulut Besar :D

Sudahlah, jangan jelaskan alasan yang tak bisa lagi kupercaya. Jangan berikan jawaban yang tak akan mampu membuatku yakin. Berhentilah membuatku merasa mengasihanimu. Aku sudah kehilangan rasa, terhadapmu, juga terhadap kita yang dulu. Ceritamu hanyalah rekaan fiksi yang berantakan dalam setiap alurnya. Segala alasanmu hanyalah berita infotainment yang tidak aktual. Plotmu saat berbohong sangat berantakan, Sayang. Cacat di sana sini, berlubang di bagian kanan kiri, kurang sempurna di semua sisi. Bagaimana aku bisa memercayai? Pembohong kelas teri.Haruskah aku bercerita lagi, tentang kebohonganmu yang berusaha kutolerir setengah mati? Tentang janji manismu yang tak pernah kautepati? Tentang mimpi-mimpi yang kauhancurkan sendiri? Bercerminlah wahai kamu yang merasa paling sempurna, siapakah dirimu yang berani berkata dan berucap dengan sok bijaksana? Berjanji seenak jidat, lalu mengikari dengan mudah. Lucu, kamu ini pembohong yang tak punya ingatan yang tajam. Pembual bermulut besar, berhentilah membuat jengah, kamu semakin membuatku lelah.Tadi, kamu menghubungi, lagi. Seperti biasa, seakan-akan kautak punya kesalahan. Kemudian, kamu bercerita. Iya, tentang hal yang sama, K-E-B-O-H-O-N-G-A-N-M-U. Kali ini bahkan lebih parah, lebih tak tentu arah, anehnya aku masih ingin menyediakan telinga. Kenapa? Aku kasihan padamu. Ternyata, selama kutinggalkan dan kuberi kesempatan, kaumasih saja sama, tak berubah sedikitpun. Bahkan, aku cukup terbelalak, mengetahui hobimu yang tetap saja sama, berbohong untuk menarik perhatianku. Mungkin, kauberpikir aku masih orang yang sama, orang yang bebas kaudongengkan setiap hari, dengan dongeng seribu satu malammu yang terdengar sempurna tapi bohong semua.Kamu tak berbeda, Sayang. Tak ada yang berbeda. Seberapa frustasikah kamu hingga kehilangan cara untuk mendapatkan perhatian dan kasih sayang lagi? Dengan waktu singkat, dengan berlari tak pasti, kamu sibuk mencari pengganti. Dekati si ini, lalu dekati si itu. Berkenalan dengan si ini, lalu berkenalan dengan si itu. Kamu semakin membabi buta, hingga pada akhirnya, dengan sangat terpaksa dan terdesak, kamu memilih dia. Pacar barumu yang sama mengenaskannya denganmu.Iya, aku tahu, tanpa kaujelaskan pun aku mengerti. Dia adalah pilihanmu yang terbaru, dan yang paling buruk setelah terlalu tersakiti oleh pengabaianku. Kamu seperti kehilangan cara untuk menemukan seseorang yang pas, bagaimana mungkin kaubisa menemukan yang pantas, ketika sikapmu selalu saja keras? Aku mengasihani dia, juga mengasihanimu, dan mengasihani kalian. Tentu saja, kamu dan dia seperti keledai yang tak pernah hapal jalan pulang. Berbelok, berputar arah, berlari, berjalan, terhenti, saling berbenturan dalam kebingungan. Bahkan dalam kebobrokan, kamu dan dia masih berusaha terlihat baik-baik saja. Pasangan sempurna, pandai bermain sandiwara.Ceritakan padaku, apa yang sudah kaudapatkan dari dia? Biarkan aku tertawa untuk beberapa lama. Tak penting, yang kutahu, kamu sudah mendapatkan penggantiku dan seharusnya kamu tak lagi mengejarku. Nyatanya? Kamu masih terlalu lemah untuk menghancurkan kenangan kita. Iya, Sayang. Berhentilah menggelitik telingaku dengan gombalanmu. Aku paham, jika saat kita berpisah namun kamu masih sering berlari ke arahku, berarti kamu belum benar-benar mengikhlaskan kepergianku.Kapankah kaumengikhlaskanku, Sayang? Tidakkah kamu muak dengan amarah yang selalu membuncah? Tidakkah kaubosan dengan nasehat-nasehat yang selalu kulontarkan ketika berbicara panjang lebar denganmu? Mengapa kaumasih saja kembali dan mengejar bayanganku? Aku lelah diikuti oleh seseorang yang bermulut besar sepertimu. Aku tak berani membayangkan, sebodoh apakah diriku ketika dulu bisa begitu mudah menerimamu?Jadi, Sayang, dengarkan. Aku sudah mulai pusing dan lelah dengan gangguan yang kauciptakan. Berhentilah menghubungiku dan membohongiku, ingatlah statusmu, juga kekasih barumu. Tak mengertikah kamu, si bodoh itu, pacar barumu begitu mudah memercayai kebohonganmu? Tak pahamkah kamu rasa sakit yang akan ia rasakan ketika tahu mulutmu hanya penuh dengan racun yang manis sesaat? Berhentilah menyakiti siapapun yang ada di sekelilingmu, mereka memberi kesempatanmu untuk berubah, jika kautak kunjung berbeda, jangan salahkan dunia saat kaukesepian dan selalu merasa sendirian.Berbahagialah dengan pilihanmu, Sayang. Bersukacitalah dengan kekasih barumu yang tak berbeda jauh denganmu. Mungkin saja, dia juga bermulut besar sepertimu. Mungkin juga, dia senang bercerita tentang janji dan khayalan yang terlampau membosankan. Iya, dia pasti tak berbeda jauh denganmu, karena kalian terlihat begitu serasi, sempurna. Dan, sekarang kamu tahu, soal kalian terlihat sempurna itu, aku hanya bercanda.Tenanglah, aku tidak akan membuka kedok topengmu. Aku tidak akan bercerita pada banyak orang tentang kamu yang selalu mengaku sakit ini itu agar minta diperhatikan. Aku tidak akan mencibir sikap burukmu yang selalu membanggakan prestasi yang sebenarnya tak pernah kamu capai. Percayalah padaku, aku pandai menyimpan rahasia, bukan seperti kamu yang bermulut besar. Si pengubah cerita yang membuat cerita lebih  berbeda. Si pengarang cerita yang benar-benar mengarang kejadian dan peristiwa fakta. Padahal, kalau dipikir-pikir, apa untungnya menceritakan hal-hal bodoh yang hanya membuat seseorang tertawa terpingkal-pingkal? Orang-orang di sekitarmu sudah sangat muak, Sayang. Mereka mulai menjauhimu namun kaumasih tak sadar juga. Hey, lihatlah! Siapa yang ada di sampingmu? Pacar barumu? Yang mungkin saja, suatu hari, akan menikammu, lebih berdarah dan juga lebih menghasilkan luka.Aku tidak akan bercerita keburukanmu pada pacar barumu. Aku berbeda denganmu yang suka menyeret seseorang untuk membenci orang yang kaubenci. Aku tidak sama sepertimu yang suka menghasut seseorang dengan cerita palsu agar ia ikut terbodohi oleh omong kosongmu. Aku bukan orang yang senang menjelek-jelekan kamu, Sayang. Aku berbeda denganmu, sungguh.Maka, biarkanlah pacar barumu tahu seberapa mengenaskannya kamu setelah dia menjalani yang dulu ia yakini. Maka, biarkanlah kekasih barumu memahami sendiri, bahwa kamu bukan sosok yang pantas dicintai. Akan ada waktunya dia tahu, kauhanya seseorang yang pandai merayu juga pandai membuat cerita lugu. Akan tiba waktunya dia tersakiti oleh sikapmu, dan menangis terpojok, menyesali pilihan yang sempat ia percayai. Akan ada saatnya dia mengerti,  kamu hanyalah si mulut besar yang tak pernah paham arti dicintai dan mencintai.Berhenti hubungi aku, atau kubunuh semua harapanmu!

Senin, 17 Oktober 2016

Mengapa begitu sulit menerima kenyataan bahwa kita sudah tak sejalan?

Dari wanita yang mencintai kekasihnya, 
namun lebih mencintai kamu,

Dengan kepala sedikit berkunang-kunang, aku kembali menatap ke depan pagar rumah. Sebenarnya, aku tidak menyimpan banyak harapan, pun tidak bersikeras menyuruhmu datang. Namun, ucapanmu dalam percakapan kita di Whatsapp tadi seakan memberi isyarat bahwa kamu akan hadir. Dan, dengan dada sedikit menghangat, aku menahan rasa demam yang sejak tadi sebenarnya telah menggerogoti badan.

Hingga hitungan dua puluh menit, kamu belum juga hadir. Aku memilih untuk kembali membaringkan tubuhku di ranjang. Kuhapus rasa pahit di lidah dengan kopi susu yang diseduh oleh ibuku. Sisa lelah seharian masih berada dalam tubuh dan disaat tubuh tak mampu beraktivitas lagi, tetiba aku selalu mudah merindukan sosokmu. Kamu yang memelukku tanpa menuntut banyak hal. Kamu yang memeluk tubuhku tanpa meminta embel-embel status dan kejelasan. Kamu yang menenangkanku tanpa mempermasalahkan status hubungan kita.

Aku kembali menatap ponsel dan berharap ada pesan singkatmu di sana, tapi tidak ada satupun pesan yang muncul. Hanya pesan dari beberapa rekan kerja yang pekerjaannya akan aku rampungkan beberapa hari lagi. Aku menghela napas sambil menatap langit-langit kamarku, langit-langit kamar yang selalu jadi pemandangan kesukaanmu. Itulah yang selalu kauceritakan padaku, setiap kali kausandarkan kepalamu di bahuku, kemudian kaubercerita segalanya di telingaku, tentang segala mimpi-mimpimu, tentang kebahagiaan yang telah kaurencanakan bersamaku, tentang cerita panjang kita, dan tentang akhir cerita cinta kita yang sebenarnya; kaupun tahu-- tidak akan berakhir bahagia.

Selalu kusimpan rasa sesal, setiap kali memikirkan kamu dan ketidakjelasan hubungan kita. Aku tidak paham mengapa ada lelaki sesabar dan sesetia kamu, hingga tak kaubutuhkan alasan untuk mencintaiku. Ketulusanmu yang selalu menganggapku perempuan sederhana itu kerap membuat aku lupa bahwa hubungan kita tidak boleh berjalan terlalu jauh. Seringkali aku tertarik terlalu dalam, hingga aku tidak sadar, segala hal menarik tentangmu telah membuatku tak sengaja jatuh cinta. Aku jatuh cinta pada suara merdumu, pada tawamu,  pada peluk hangatmu, pada manjamu, pada air matamu, pada rangkulanmu, pada caramu membuatku tertawa, pada kata-kata sarkastikmu yang selalu membuatku mudah merasa bersalah. Aku jatuh cinta pada setiap kekonyolanmu, seperti aku jatuh cinta pada kekonyolan hubungan kita yang tak kunjung menemukan titik terang.

Kamu tidak menuntut segalanya, meskipun kamu bisa. Kamu tidak menuntut seluruh dunia, meskipun kamu sanggup. Kamu tidak menuntut aku meninggalkan kekasihku, meskipun kamu tentu mampu melakukan itu dan merebut aku dari pelukan kekasihku. Aku tidak tahu, Sayang, mengapa kamu begitu tabah menghadapi aku yang tidak mampu meninggalkan kekasihku tapi selalu membisikan kata cinta di telingamu. Tidakkah sikapku ini hanya mampu menyakitimu? Seperti kubilang, kamu bisa menyuruhku melakukan apapun, tapi kamu selalu memperlihatkan ketabahan yang tidak aku mengerti. Bodohkah aku karena membiarkanmu jadi yang kedua jika sebenarnya kaujauh lebih pantas menjadi yang pertama?

Kaupantas menjadi yang pertama. Kaupantas berada di pelukan wanita yang mau mengakui kehadiranmu. Kaulayak diperjuangkan oleh seseorang, yang bukan aku. Namun, setiap kali aku mengatakan itu, sebenarnya seluruh hatiku terluka parah. Aku sungguh jatuh cinta padamu, tapi aku tidak bisa meninggalkan kekasihku yang telah bersamaku selama dua tahun itu. Semua kenangan bersama kekasihku selama dua tahun entah mengapa bisa tertutup hanya dengan perkenalan kita selama delapan bulan. 

Lalu, kaurela disembunyikan. Kaurela aku perlakukan semena-mena. Kaurela jatuh cinta dengan wanita yang tidak selayaknya kamu cintai. Egoiskah aku jika aku ingin kamu tetap tinggal dan tidak memiliki wanita lain, sementara aku telah memiliki pria lain? Aku tidak ingin ada wanita lain yang mampu membahagiakanmu, karena  aku ingin jadi satu-satunya wanita yang bisa membahagiakanmu, meskipun kita mustahil untuk bersatu. Aku sebenarnya sangat ingin menjadikanmu yang pertama, tapi kaupun tahu bahwa kekasihku tidak akan menerima semua alasan itu.

Sayang, kudengar klakson mobil di luar rumahku. Aku bergegas keluar dengan wajah bahagia. Demam di tubuhku berangsur pulih hanya dengan melihat senyummu di depan pagar. Kamu sudah berdiri di sana dengan sebungkus nasi uduk beserta ayam kesukaanku. Kamu berdiri dengan senyum khasmu. Aku tersenyum dan berharap bisa memelukmu sekuat yang aku bisa. Tapi, langkahku tertahan, melihat seorang pria yang berada di dalam mobil yang tadi kautumpangi.

Kaupun hanya menatapku dengan santai, tidak sehangat seperti biasanya. Aku mengerti. Ada yang berbeda di sini. Karena pada akhirnya, kamu memiliki kekasih hati, kekasih yang tidak kauceritakan padaku, kekasih yang kini bersamamu dan membuat waktu kita akan semakin berkurang. Aku tertawa di bibir seakan mengucapkan selamat karena kamu telah memiliki kekasih. Tapi, entah mengapa, hatiku tersayat sedikit demi sedikit. 

Kamu bukan kekasihku, tapi mengapa aku terluka jika aku tahu kamu telah memiliki kekasih baru?

Untuk lelaki penyabar,
yang lebih senang menangis di tulisan

Sabtu, 15 Oktober 2016

Without limit

Lima bulan setelah kepergian kamu
Aku tak pernah sesedih ini
Kukira waktu yang kubutuhkan untuk melupakanmu juga tak sepanjang ini
Aku salah besar
Hari- hari yang ku lalui bersama dengan usaha untuk melupakanmu ternyata tak menemukan titik temu
Kamu masih jadi segalanya
Masih berdiam dalam kepala
Masih jadi yang terpenting dalam hati ini
Maaf,jika segala kejujuranku terdengar bodoh
Sebentar lagi kamu pasti akan berkata bahwa sikapku berlebihan
Seandainya sekarang aku berada disampingmu
Akan kuceritakan sebuah kisah tentang melupakan dan mengikhlaskan
Sungguh dua hal itu bukanlah hal yang mudah
Lima bulan harusnya waktu yang cukup untuk menghilangkan perasaan
Namun ternyata aku tak termasuk dalam pernyataan itu
Hari berganti minggu dan sosokmu masih jadi penunggu
Menyergap perhatianku,Menguji imanku dan Merontokkan kepercayaanku
Tubuhku dingin dan menggigil saat menghadapi perpisahan
Aku tak punya banyak pelukan hangat seperti rangkulanmu yang melingkar manis di bahuku
Belum kutemukan bisikan lembut
Selembut ketika kamu berbisik tentang cinta,mimpi dan harapan yang dulu ingin kita wujudkan berdua
Sekali lagi aku katakan melupakan tak akan pernah mudah
Merelakan  yang pernah ada menjadi tidak ada adalah kerumitan yang belum tentu kau tau rasanya
Aku menulis ini saat aku terlalu lelah dikejar kenangan
Mengapa di otakku kau tak pernah hilang bahkan sedetik saja
Perasaan kita terlalu rancu untuk disebut cinta
dan terlalu dalam jika disebut ketertarikan sesaat
Aku tak tau harus diberi nama apa kedekatan kita dulu
Aku tak mengerti mengapa aku yang tak mudah tergoda ini malah begitu saja terjebak dalam perhatian dan tindakanmu yang berbeda
Kamu sangat luar biasa dimataku
Dulu dan sekarang tetap sama
dan aku masih menangisi juga menyesali yang sempat terjadi
Bertanya-tanya dalam hati  mengapa semua harus berakhir sesakit ini?
Apa tujuanmu menyakitiku?
Jika dulu kita pernah jadi belahan jiwa yang enggan untuk saling melepaskan
Aku tak tau sedang berbuat apa kamu disana
Aku tak lagi tau kabarmu
Segala ketidaktahuanku mengantarkanku pada suatu perasaan asing
Rindu yang semakin hari semakin berontak
Rindu yang meminta pertemuan nyata
Rindu yang memaksa 2 orang yang berjauhan untuk saling berdekatan
Kalau aku berada disampingmu sekarang ingin rasanya aku mengulang segalanya
Kuperbudak waktu kuhentikan detak jarum jam semauku
Agar yang hadir dalam hari hariku adalah kamu
Hanyalah kita dan hanyalah bahagia tanpa air mata
Seandainya hal itu bisa kulakukan,
 Mungkin sekarang aku tak akan merindukanmu sedalam dan sesering sekarang
Terakhir kita bertemu ketika kita memutuskan untuk mengakhiri segalanya
Ketika pelukmu tak lagi kurasakan
dan ketika akhirnya kita meilih berjauhan
Semua jadi begitu berbeda
Perbedaan yang berulang kali berusaha kupahami
Namun tak kunjung kumengerti
Bisakah kau membantuku untuk memudahkan segalanya
Agar aku bisa menerima,bisa mengikhlaskan,bisa merelakan dengan sangat gampang
Bernarkah ini semua hanya bualanmu
Betulkan kebersamaan kita hanya kau anggap permainan?
Mengapa aku terlalu bodoh untuk membaca hal itu dari awal
Apa karna kau terlalu berkilau hingga mataku terlanjur buta dan telingaku seketika tuli
Jadi yang kulihat dan kudengar hanyalah bisikan harapan yang sebenarnya sungguh bukanlah kenyataan
Berhentilah menyiksa aku dengan segala macam rindu dan kenangan
Atau mungkin aku yang menyiksa diriku sendiri karena tak mampu melupakanmu
Ah,sudahlah aku cuma ingin memberi tahu kita sudah lima bulan berpisah dan berjalan sendiri sendiri
jadi apa kabar kamu sekarang?
Apakah kamu masih semanis dan semenyenangkan dulu?
Ataukah kamu yang sekarang adalah kamu yang tanpa topeng?
Kamu yang ternyata jauh berbeda dari yang kukira?
Aku benci harus mengakui ini
Aku sering merindukanmu dan memendam perasaanku
Tersiksa dengan angan sendiri
Mengiris hati dengan kemauan sendiri
Aku ingin mengaku dengan sangat terpaksa
Bahwa aku masih mencintaimu dan berharap kamu kembali
walaupun hanya untuk menenangkanku
dan berkata bahwa semuanya akan baik baik saja
Kamu ingin kembali? Iya. Masa?
Kamu ingin kembali? Tidak. Ok :)