Minggu, 28 Mei 2017

Belajar 'Goblok" dari Bob Sadino

Siapa yang tidak kenal Bob Sadino? Beliau adalah pengusaha sukses di Indonesia. Semua orang juga pasti tahu sedikit tentang jalan hidupnya. Jadi,saya kemarin menjalani aktivitas puasa di gramedia dan saya mencari buku yang menarik. Awalnya saya mau membeli novel karangan Tere Liye atau Andi F.Noya. Ehh setelah masuk gramedia mata saya tertuju pada papan yang bertuliskan best seller. Di sebelh saya ada ibu-ibu yang sedang baca buku,yaudah saya deketin aja ibu itu sambil cari-cari buku. So,saya mengambil buku yang berjudul "Belajar 'Goblok" dari Bob Sadino" dan membacanya. Tidak seperti yang kita ketahui,ternyata om Bob ini pinternya luar biasa,sebagaimana yang sering saya dengar om Bob ini tidak mengenyam pendidikan yang layak. Bob kecil hidup dalam kecukupan, tidak seperti bocah Hindia Belanda yang kebanyakan masih kurang makan dan kasih sayang. Pendidikan pun ia dapatkan dengan leluasa mulai SR (sekolah rakyat setingkat SD) sampai SMA. Orang tuanya sebagai guru membuat Bob kecil memperoleh pelajaran yang memadai. Disini saya sadar, bahwa kita jangan percaya kecuali meneliti terlebih dahulu. Siapa yang bilang Om Bob goblok wkwk, saya pun yang awalnya mengira om Bob goblok dan sekarang saya menyesal hahaha. Selepas SMA pada 1953, Bob memulai kariernya sebagai pekerja di Unilever. Namun, karena ikut-ikutan temannya kuliah, ia pun sempat mencicipi bangku kuliah di Universitas Indonesia di Fakultas Hukum, tetapi Bob hanya bertahan beberapa bulan saja di FH UI karena merasa tidak betah akhirnya ia berhenti kuliah dan bekerja kembali. Tuhh liat,tamatan SMA aja dia kerja di Unilever bukan berarti dia goblok. Keren gilaak :(. 
Ø  Melanglang Buana ke Eropa
Setelah bertahun-tahun di Unilever Bob memutuskan untuk memperbaiki kariernya dengan pindah kerja ke McLain and Watson Coy (Djakarta Llyod), sebuah perusahaan pelayaran dan ekspedisi. Pekerjaan barunya mengharuskan Bob berkelana ke mancanegara khusus Eropa. Dua kota yang paling lam disinggahinya adalah Amsterdam dan Hamburg. Disana Bob menghabiskan waktu sampai 9 tahun, sehingga tak heran ia fasih berbahasa Inggris, Belanda, Jerman, dan belakangan juga fasih berbahasa Jepang. Selain itu, ia pun memiliki pergaulan yang sngat luas dan jaringan pertemanan di berbagai Negara.
Pada tahun 1967, Bob memutuskan kembali ke Jakarta, setelah bosan terus-menerus menjadi bawahan dan berkali-kali ia mengatakan stress karena tekanan atasan. Bersama Soelami Soejoed, karyawan Bank Indonesia di Amerika Serikat, Bob pulang ke Indonesia untuk menikah. Kehidupan yang mapan dan gaji yang besar mereka tinggalkan. Ia hanya membawa oleh-oleh dua sedang Mercedes sebagai hasil jerih payahnya selama bertahun-tahun di Eropa. Satu dijual, uangnya dibelikan sebidang tanah di kemang, sedangkan satu lagi dijadikan taksi gelap tetapi kadang-kadang taksinya disewakan kepada pihak lain.
Ø  Hidup Penuh Peluh dan Air Mata
Awalnya semua berjalan lancer, kehidupan Bob bersama istrinya pun tercukupi dari hasil taksinya, tetapi belum genap setahun taksinya mengalami tabrakan karena Bob tidak memiliki dana untuk memperbaikinya sehingga ia harus rela taksinya hanya menjadi seonggok sampah. Bob pun merasa sangat hancur dengan kejadian tersebut. Maka untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Bob muda menjalani profesi sebagai tukang bangunan walupun belum punya keahlian di bidang itu. Setiap minggu ia mendapatkan upah Rp 100 dari pekerjaannya itu. Kurang lebih ia menjalankan profesi sebagai tukang bangunan selama setahun.
Ø  Mulai Berternak Ayam
Kondisi Bob pun terdengar oleh kawannya baik yang dulu bekerja di Jakarta maupun Eropa. Mereka ikut prihatin dengan keadaan Bob, sampai akhirnya datanglah pertolongan dari kawannya yang bernama Sri Mulyono Herlambang yang menyarannkan untuk berternak ayam, dan bob pun setuju dengan usulan kawannya itu. Mulailah Bob berternak ayamm dengan 50 ekor ayam Broiler yang didatangkan dari Belanda oleh temannya. Bob kemudian belajar berternak dari berbagai sumber bacaan salah satunya majalah-majalah terbitan Belanda.
Ayam memberikan pelajran barharga bagi Bob dalam menjalani hidup. Ketika pertama kali memelihara ayam, ia berpikir “ayam yang hanya diberi paruh dan kaki saja bisa hidup dan mencari makan sendiri, kenapa manusia tidak?” dari situlah motivasi Bob bertambah berlipat-lipat, sehingga ia serius memelihara ayam, sampai akhirnya menjajakan telur di Kemang dan dikenal senagai Bandar telur.  Ayam pula yang membuat Bob terus mencari ilmu melalui majalah-majalah Belanda yang berisi segala macamhal berkaitan dengan peternakan dan perkebunan. Isinya memang luar biasa karena banyak hal yang belum ada di Indonesia. Bob menjadi pihak pertama di Indonesia yang mengetahui berbagai temuan baru ilmuan mancanegara di bidang peternakan dan perkebunan. Sehingga tak jarang ia diundang oleh IPB untuk mendiskusikan masalah peternakan, perkebunan, dan pertanian.

Ø  Kosongkan Diri Sebelum Belajar ‘Goblok’
Jika anda ingin mendapatkan sebanyak mungkin ilmu dan pengalaman dari Bob Sadino, maka anda harus mengosongkan seluruh gelas ilmu anda. Anda mesti membuat diri anda “goblok” dulu, dan jangan pernah menjadi sok tahu. Begitu mulai sok tahu, maka ilmu yang mengalir dari Om Bob atau dari siapa pun, akan tumpah ruah dan tidak tertampung di gelas ilmu yang dimiliki.
Ternyata itulah makna kata “goblok” yang sering dilontarkan Om Bob, ketika membalas pertanyaan atau pernyataan lawan bicara. Kesannya memang kasar dan menyakitkan hati, namun bagi seseorang yang membutuhkan ilmu kata tersebut menjadi semacam refleksi. Om Bob selalu mengajak lawan bicaranya agar selalu merasa goblok bila belajar dari orang lain. Dan itulah yang dilakukan Om Bob dalam setiap kesempatan.
Banyak yang sudah merasa pintar tidak mau mengosongkan gelas ilmunya. Gelas itu terisi penuh, sehingga ketika diminta untuk mengosongkan diri mereka menolak. Mereka tidak sadar bahwa sedang berlaku goblok dalam arti sesungguhnya karena tidak mau menerima ilmu baru dari orang lain. Padahal setiap orang serendah apapun memiliki pengalaman dan ilmu.

Kesimpulan

Hal-hal yang bisa dipetik dari buku “Belajar Goblok dari Bob Sadino” adalah “Ilmu berserak di mana-mana di seluruh muka bumi, jauh lebih banyak dibandingkan yang ada di dalam gedung sekolah atau kampus. Bahkan, seekor ayam pun bisa memberikan ilmu (inspirasi) yang sangat berharga.”
Kutipan diatas mengajarkan kita bahwa mencari ilmu itu tidak hanya di sekolah, kampus, atau lembaga pendidikan lainnya, tapi hal-hal disekitar kita adalah ilmu yang berharga, asalkan kita mau belajar dan berusaha.
“Cukup satu langkah awal. Ada kerikil saya singkirkan. Melangkah lagi. Bertemu duri saya sibakkan. Melangkah lagi. Bertemu lubang saya lompati. Berjumpa api saya mundur. Melangkah lagi. Berjalan terus dan mengatasi masalah.” (Bob Sadino)
Kutipan di atas merupakan kegigihan dari seorang Bob Sadino dalam menjalani hidupnya sampai menjadi pengusaha sukses. Ia tak butuh banyak teori yang penting lakukan saja! Dan menghadapi segala rintangan dan mengatasinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar